menyambung cerita tentang temanku sayang temanku malang 1 berikut kita ikuti episode ke dua:
Setelah berbasa basi temanku ditanya ini itu mengenai dirinya. Kemudian dijelaskan juga profil perusahaan secara singkat. Hingga pada percakapan inti, dikatakan oleh pewanwancara bahwa temanku itu akan ditempatkan di posisi staf hrd sesuai dengan latar belakang pendidikannya. Dikatakan pula bahwa temanku sudah 50% lebih akan diterima setelah diharuskan menjalani tes.
Menurut si pewawancara sih tes nya tertulis. Dan temanku beberapa kali juga sempat bertanya untuk menegaskan bahwa tes yang akan diljalaninya adalah tes tertulis. Akhirnya temanku itu menyatakan siap jika memang harus menjalani tes. Namun akan tetapi, menurut si pewawancara untuk bisa mengikuti tes tertulis temanku diharuskan untuk membayar uang registrasi sebesar Rp. 20.000.” Busyet ini rekruitmen macam apa, masak belum belum udah diharuskan membayar”, terbersit keraguan dibenak temanku. Sempat terdiam beberapa saat untuk berpikir antara mengiyakan dan tidak temanku dikagetkan oleh perkataan sipewawancara yang mendesak untuk segera mengambil keputusan. Akhirnya temanku memutuskan untuk mengiyakan. Maka ia berikanlah uang 20.000 kepada si pewawancara itu. Pikir temanku tak masalah mengeluarkan uang sebesar itu asal bisa segera dapat pekerjaan. Setelah uang diberikan kemudian temanku disodori formulir yang harus ia isi dan tandatangani. Isinya tentang data diri. Disini inti dari semua permasalahan. Temanku itu tak diberi kesempatan untuk memperhatikan detail isi dari formulir itu. Si pewawancara mengarahkan agar temanku hanya mengisi dan menandatangani saja formulir sekaligus bertanya ini itu untuk mengalihkan perhatian tanpa diberi kesempatan untuk memperhatikan detail isi formulir tersebut. Setelah formulir ditandatangani baru deh semuanya menjadi jelas. Di formulir itu juga, ternyata ada beberapa poin yang ternyata mengharuskan temanku itu untuk menjalani “tes” dengan menjual beberapa alat elektronik yang poto2nya ternyata juga ada dibalik formulir itu. Udah deh setelah itu semua omongan si pewawancara tak ia dengarkan lagi. Pikirannya campur aduk antara marah, merasa telah ditipu, dan merasa bodohnya dia. Ketika ditanya apakah ia bersedia temanku hanya diam saja. Ingin beradu mulut namun dia merasa enggan karena temanku sadar ia sudah menandatangani formulir dan pastinya si perusahaan itu sudah siap dengan beribu satu cara menghadapi protes dari pelamar. Akhirnya ia menolak dengan berbagai alasan dan meminta tanda bukti bahwa dia sudah membayar uang registrasi. Awalnya sempat tidak diberi namun temanku tetap ngeyel bahwa ia harus mendapatkannya. Setelah sedikit beradu mulut diapun diberi tanda bukti berupa nota. Tanpa basa basi lagi temanku pun langsung ngeloyor pergi meninggalkan ruang itu.
Ah temanku sayang temanku malang. Ternyata ada juga perusahaan yang berbuat seperti itu. Mengambil keuntungan dari kesulitan orang lain. Yah semoga saja ini tidak terjadi pada teman temanku yang lain dan bisa menjadi pelajaran bagi kita semua. Nah perlu kusebutkan juga nama perusahaan tersebut, namanya PT Mitra Utama Global. Di Jakarta lokasinya di Salemba di gedung Kenari sebelah FK UI dan dijalan Sahardjo deket rumah makan Sederhana. Ok mulai sekarang gak usah lagi deh memperhatikan iklan lowongan pekerjaan yang kecil kecil apalagi hanya iklan baris. Perusahaan besar dan bonafit tentu mampu membayar space iklan yang besar sebaliknya perusahaan kecil dan kemungkinan bermasalah tentu hanya mampu beriklan displace yang kecil. Bisa dipastikan lebih banyak kerugiannya daripada untungnya kita kirim lamaran kesana. Meski kita memang sedang butuh banget kerjaan sebisa mungkin kita selektif deh kalo mau kirim lamaran. Entahlah silahkan teman teman menilai sendiri.
26 December, 2008
temanku sayang temanku malang 2, cerita sedih saat interview
Labels:
tulisan bebas
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Yah begitu lha dunia ini gan, ane gak habis pikir kita sekolah tinggi-tinggi sampe sarjana tapi kerja sama orang? buat ane jadi karyawan itu cuma memperkaya pengusaha aja mendingan kita buka usaha sendiri.
Wallahualam gan..